April 30, 2020



ENERGI

Awal mulanya pada bulan Mei 2015, pernikahan keponakan Dhira Narayana dengan Soraya Casandra. Saya bertemu dengan mas Hario, seorang sahabat kakak kelas di SMA PL yang selama lebih dari 20 tahun ini saya jadikan mentor spiritual. Saya katakan bahwa saya lagi jenuh, ingin belajar sesuatu tapi belum tahu mau belajar apa. Mas Hario sharing kalau sekarang yang dia inginkan adalah ketika wafat nanti dalam keadaan sehat dan sadar (“full concious”). Langsung saya bilang “saya juga mau!!”. Mas Hario hanya bilang, rabu datang ke rumah, nanti saya kenalkan ke seseorang


Rabu berikutnya saya langsung mampir ke rumah mas Hario di Cibeber, disitulah saya berkenalan dengan Kang Dodi. Awal perkenalan saya agak sulit menangkap obrolannya, hanya satu yang menarik saya, Kang Dodi mengatakan : “Banyak orang belajar makrifat, tapi tidak mempersiapkan dirinya dengan benar”. Dia bicara tentang Energi dalam tubuh, mesti diolah, di “buka” chakranya.

“Ting !” … seperti yang saya percaya selama ini. Tidak ada namanya kebetulan di dunia ini. Sayapun langsung teringat dengan buku yang saya tulis “Belahan Jiwa”. DIbuku itu saya menyinggung tentang chakra, hanya berdasarkan riset singkat dari beberapa buku dan tulisan yang saya baca. Sempat dalam hati saat menulisnya, terbersit keingin tahuan apa sih chakra itu? Bagaimana bekerjanya dan bagaimana mengolahnya.

Ini adalah kesempatannya! Mendapatkan seorang Guru yang dapat membimbing untuk mempelajarinya. Saya melihat ini adalah kelanjutan dari apa yang sudah saya pelajari selama ini, kesempatan untuk melanjutkan perjalanan spiritual yang sudah saya jalani selama 23 tahun dengan bimbingan pak Rachmat. Saya jalani prosesnya selama 23 tahun dengan tekun dengan mikraj setiap malam selama lebih dari 8 tahun terakhir, sampai saya jumpa mas Hario seperti yang saya ceritakan di atas. Ini adalah kelanjutannya !!….

GAMBAR BESAR


Manusia terdiri dari “body, mind, heart & soul” itu yang saya pelajari dari buku2 Garry Sukav. Dalam istilah lainnya : badan, pikiran, jiwa dan ruh. Badan dengan segala bagian dan kelengkapannya seperti : rangka, organ tubuh, daging, syaraf,  kelenjar, hormon. Pikiran yang merupakan hasil kerja otak, panca indra dan kesadaran. Kemudian jiwa yang merupakan badan halus , yaitu ruh yang ada dalam diri manusia yang mengalami pengalaman spesifik karena penggunaan pikiran, hati dan pilihan respon yang diambil. Ruh adalah bagian dari Ruh Allah yang ada dalam diri manusia.

Kemudian menjadi pertanyaan, bagaimana kehidupan ini bekerja dalam diri manusia ? Tuhan menciptakan Energi, yaitu daya penggerak. Energi ini bisa berbentuk energi kimia, energi listrik, energi mekanik, energi panas, energi cahaya, semuanya ada dalam diri manusia, contohnya energi Kimia yang berhubungan dengan metabolisme, hormon dan kelenjar, energi listrik yang ada dalam syaraf, energi panas yang timbul karena oksigen dalam darah berinteraksi dengan organ lain melalui darah serta energi cahaya yang ada dalam bentuk  pikiran, kehendak, kesadaran, emosi dan hal lain yang berkaitan dengan jiwa. Ke empat bentuk energi yang pertama mengikuti hukum Newton, sebab dan akibat, sedangkan energi yang terakhir, yaitu cahaya mengikuti hukum Fisika Kuantum Einstein termasuk juga hukum ketidak pastian Heisenberg.


Hal yang berkaitan dengan perubahan antara energi panas, kimia, mekanik dan listrik dengan mudah kita mengerti karena sudah banyak sekali contoh2nya. Tapi bagaimana dengan perubahan energi Cahaya kepada bentuk keempat energi lainnya ? Disinilah peran Chakra dalam tubuh manusia.

Ini definisi Chakra :

Kata "cakra" berasal dari bahasa Sanskerta चक्र yang berarti "roda" atau "lingkaran". Chakra adalah pusat-pusat energi dalam tubuh, tempat 72000 saluran-saluran energi (nadi) saling bersilangan. ... Setiap chakra terhubung dengan bagian-bagian tubuh tertentu. Chakra mengatur kesehatan tubuh kita secara fisik, emosi, spiritual.

Kita mengenal 7 Chakra Utama : Chakra Dasar, Pusar, Plexus, Jantung, Tenggorokan, Ajna (Mata Ke Tiga) dan Mahkota. Sebetulnya masih banyak lagi Chakra lain yang biasa disebut Chakra Minor dan Mini Minor yang tersebar di seluruh bagian tubuh manusia. Sebagian yang lain mengatakan ada 12 Chakra Utama, yaitu ke 7 chakra di atas ditambah lagi dengan Chakra Seks, Ming Ming, Limpa, Paru2 dan Dahi. Ke tujuh Chakra Utama tersebut berakar langsung di tulang belakang dan saling mempengaruhi organ-organ disekelilingnya.


Tuhan menciptakan manusia dengan sangat luar biasa. Kalau bagian-bagian tubuh manusia ini seimbang dan berjalan lancar maka kita akan sehat. Tapi jika tidak maka kita akan sakit. Jika ada hambatan pada aliran darah menuju otak bisa mengakibatkan stroke, jika hambatannya serius menuju jantung kita akan menderita sakit jantung koroner. Teraphinya ya operasi jantung atau pemberian obat-obatan atau suplemen untuk menghindari penumpukan lemak yang ada di jantung dan saluran2 darah.

Lalu bagaimana dengan jiwa ? Sama juga, karena jiwa juga memiliki saluran-saluran energi, hanya bedanya sangat halus dan tidak nampak. Rasa iri dengki bisa mengakibatkan kotoran di chakra jantung dan plexus, sehingga putarannya melambat dan berakibat sesak di dada. Semakin besar dan lama rasa negatif kita alami, semakin besar hambatan yang terjadi di Chakra dan saluran-salurannya. Bagaimana cara teraphinya ? Hilangkan rasa2 negatif yang ada atau minta bantuan seorang “Guru” , yang mengerti caranya, untuk membantu mem”buka” dan membersihkan chakra agar perputarannya bagus dan juga membersihkan saluran2 yang kotor. 

Chakra sendiri ada tiga bagian : tempatnya, roda putarannya dan prana/pancaran cahayanya. Sekali lagi perlu bantuan seorang Guru untuk dapat mengetahui “letak tepat”nya Chakra tersebut, bukan hanya secara teori atau sekedar pengetahuan.


Berkaitan dengan prana/pancaran cahaya, memiliki sifat2 tertentu :

Cahaya hijau berkaitan dengan penyembuhan.
Cahaya kuning berkaitan dengan pertumbuhan
Cahaya merah berkaitan dengan vitalitas
Cahaya orange berkaitan dengan pembersihan
Cahaya biru berkaitan dengan kelenturan 
Cahaya ungu berkaitan dengan perlindungan
Cahaya putih merupakan penetral, asal muasal dari cahaya yang lain

TATA CARA ME’MANAGE’ ENERGI 
  1. Energi Phisik : makan makanan yang sehat, olah raga, istirahat yang cukup, kurangi stress.
  2. Energi Jiwa : setelah chakra di “buka” dan saluran dibersihkan, maintain dengan rutin melakukan meditasi : Olah nafas dan Olah rasa, Olah chakra dengan dialog diri dan doa, selalu sertakan Tuhan dan minta keridhoanNya agar tubuh dan jiwa sehat serta selamat.





April 29, 2020

Repost Facebook May 23, 2009

Arti sebuah KEBEBASAN dan KEPASRAHAN...

Sawi dan Jasni adalah assisten rumah tangga kami yang sudah tinggal bersama kami lebih dari 23 tahun... Tidak pernah mengeluh, penuh dedikasi, dan membuat kami selalu nyaman tinggal di rumah dan aman saat meninggalkan rumah...
Sawi dan Jasni hanya lulusan SD, merantau dari desanya di Cepu...
Mereka memiliki dua putra, Anto dan Rizal... Anto seumur putri sulung kami, tumbuh sebagai putra yang sangat dibanggakan, selalu juara kelas, aktif dalam berorganisasi dan sangat berbakti kepada orang tuanya...Anto lulus STM dan langsung di terima bekerja di Astra Auto 2000, prestasinya luar biasa, sehingga dalam beberapa tahun saja sudah berhasil memiliki rumah dan kendaraan.... Tapi Tuhan memiliki rencana lain, satu tahun yang lalu, ajal merengutnya dalam sebuah kecelakaan tabrak lari... Satu pukulan yang luar biasa pada hati kami, terlebih lagi kedua orang tuanya... Tapi tidak berlangsung lama, mereka sudah tampak amat pasrah dengan kepergian Anto...
Rizal bulan depan lulus dari sekolah Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata... tumbuh sebagai anak yang pendiam...

Seminggu yang lalu, Sawi minta waktu untuk bicara...
Sawi menceritakan tentang rencananya untuk istirahat bekerja... Mereka ingin menempati rumah peninggalan almarhum Anto di Bekasi... katanya, dari pada rumah rusak kalau di kontrakkan, lebih baik ditempati sendiri... lagi pula Rizal sudah selesai kuliah....
Kami tanyakan apa rencananya nanti? mereka akan coba membuka warung untuk berjualan... sambil menanti kelahiran bayi yang dikandung Sawi... rupanya mereka menginginkan anak ke 3 pengganti Anto... Subhanallah... mudah2an di usia yang tidak muda lagi Sawi bisa sehat & selamat memiliki anak yang diidamkan...

Kami belajar tentang arti kebebasan...
Tinggal di rumah sendiri yang sederhana dengan hidup berjualan di warung, lebih bebas dibandingkan hidup di rumah besar dan mengabdi sama orang lain...
Hidup dengan menggantungkan penghasilan dari berjualan di warung, sebagai wirausaha,
lebih bebas dibandingkan gaji yang tetap sebagai pegawai...

Apa yang selalu diajarkan guru :
Gantungkan hidupmu hanya kepada Tuhan..
Hiduplah seperti air yang mengalir...

Sawi dan Jasni telah menerapkannya dalam kehidupan mereka...

Yang membuat kami terenyuh, saat Sawi bercucuran air mata berkata :
Sebetulnya saya masih memberatkan bagaimana nanti mas Keken kalau saya tinggal, siapa yang akan melayani makannya...

Ya Allah Ya Tuhan kami Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang...
Berilah rahmatMu, kedamaian dan Kebahagiaan kepada Jasni dan Sawi sekeluarga...
Sayangi mereka seperti mereka selama lebih dari 23 tahun mereka menyayangi kami...

























Repost Facebook February 2, 2009

RENUNGAN 
CINTA DAN FALSAFAH GURU

Bentuk energi yang paling tinggi adalah CINTA... karena energi cinta bisa menundukkan apapun yang ada di dunia ini.. dengan caranya...lembut meluluhkan, masuk ke relung-relung hati, atau kadang berperan seperti ombak besar yang menggedor jiwa..menyadarkan mereka yang lupa diri...

Cinta ibarat air, yang mengalir dari mata air di pegunungan, turun mengalir ke lembah sungai dan telaga, kemudian menyatu kembali ke samudra luas... menguap menjadi awan, turun sebagai hujan dan meresap kembali ke bumi, terus berulang, keluar lagi dari mata air... dan demikian seterusnya, cinta memiliki siklus seperti halnya air..

Air murni pegunungan turun bercampur lumpur , mencari jalannya masuk ke sungai dan akhirnya dimurnikan kembali setelah masuk ke samudra luas... Cinta Allah yang murni, masuk melalui Manusia Mulia, melalui GURU, turun mengalir ke segenap insan, bercampur lumpur dan segala bentuk kotoran. Tersandung batu di perjalanan, tersendat-sendat melalui sawah, got dan kadang terjebak beberapa saat di kubangan untuk akhirnya mengalir lagi menuju samudra cinta yang maha luas... Mereka yang haus akan cinta, bak mereka yang tersesat di padang gurun, akan merasakan nikmat yang luar biasa saat meneguk air di oase.. tapi mereka yang tinggal di oase, yang tidak pernah merasakan kehausan, tidak akan pernah mensyukuri kehadiran air....

Air dapat memadamkan bara api yang berkobar, tapi c”air”an yang berbentuk minyak malah akan mengobarkan nyala api... demikian juga cinta... Ia akan memadamkan amarah dan api dendam, tapi cinta yang berubah bentuk, yang lupa akan dirinya, malah akan memperbesar kobaran api, menghanguskan apapun yang ditemuinya...

Semurni apakah CINTA dalam diri hamba...? air dalam lumpur hanya dapat dimurnikan jika ia bertemu samudra.... sekotor apapun lumpur itu....

Cinta ibarat minyak bahan bakar, akan membuat mobil dapat bergerak, menyusuri jalan dan menjelajah dunia... Mobil yang penuh bahan bakar tapi tidak dikendalikan kehendak untuk mau berjalan, maka bahan bakarnya hanya akan tersimpan penuh, tanpa makna... Ibaratnya mobil tangki minyak, maknanya akan semakin besar jika dalam perjalannya dia membagi bahan bakarnya untuk mengisi kebutuhan banyak mobil yang lain....

Untuk dapat terus berjalan mobil harus selalu mengisi bahan bakarnya, di terminal bahan bakar. Terminal bahan bakarpun harus terus diisi untuk dapat terus melayani banyak kendaraan yang membutuhkan... Mobil yang tidak pernah jalan dan mengosongkan bahan bakarnya maka dia tidak akan punya ruang untuk dapat diisi lagi bahan bakarnya...

Manusia perlu mengosongkan tangki cintanya dengan berbagi cintanya untuk orang lain... tapi dia juga perlu terus meluangkan waktu, singgah di tempat pengisian tangki untuk memenuhi lagi tangki cintanya... Bagaimana mungkin mereka yang kosong tangki cintanya dan tidak pernah mengisinya, dapat berjalan dan berbagi cintanya untuk orang lain?

Sepenuh apakah tangki CINTA hamba untuk dapat terus berbagi? sudahkah hamba berjalan untuk membaginya kepada mereka yang sedang kehausan? atau membaginya bagi kendaraan yang sedang mogok karena kehabisan bahan bakar?

Air bisa berbentuk segala rupa, tergantung dengan siapa dia bercampur... demikian juga cinta... kadang air bertemu sirup yang akan dengan mudah bercampur, hanya dengan bantuan sebuah sendok pengaduk, tapi kadang dia sulit bercampur jika bertemu dengan minyak, sekuat apapun kita mengaduknya...Tapi air yang berlimpah pasti bisa memurnikan campuran apapun yang ditemuinya.... menyatulah dengan samudra untuk memperoleh keberlimpahan cinta... karena hanya samudra yang luas yang dapat tetap murni, walaupun ia menampung apapun yang dilempar kepadanya, entah itu mutiara, permata, sampah, ataupun lumpur...

Terminal bahan bakar tidak pernah memilih mobil apa saja yang boleh ia isi... Jenis mobil apapun yang mampir dan ingin mengisi bahan bakar, pasti ia layani....

Seluas apakah tangki CINTA hamba untuk menampung apapun tanpa syarat ?

Sang GURU berkata : Gantungkan hidupmu hanya kepada Allah, hiduplah seperti air yang mengalir, lapangkan dadamu seluas samudra dan layanilah Allah maka Allah akan melayanimu...

Bersyukurlah kita yang tahu bagaimana dapat mengisi tangki cinta kita setiap saat, yang memilki karunia CARA, untuk dapat setiap saat terhubung dengan Sang Maha Samudra... Sang Maha Cinta.... dan setelah tangki itu penuh, terus didorong untuk mau tetap berjalan mengarungi kehidupan ini....

terima kasih GURU...

Short Self Reflection
“Body-Mind & Soul Defence”

Pelajaran yang luar biasa dari “musibah” Virus Corona kali ini. Tuhan “menegur” manusia, meruntuhkan segala kesombongan dirinya yang tadinya merasa dirinya paling benar, paling berkuasa, bisa melakukan apapun pada manusia lain, bahkan yang secara semena-mena dan tidak bertanggung jawab mengeksploitasi bumi hanya untuk kepentingan ego diri dan kelompoknya. Sebagian manusia berlaku seolah-olah bisa melakukan dan mencapai apa saja yang ia inginkan tanpa bantuan Tuhan, “over self confidence”

Saat ini semua itu diruntuhkan. Tidak terkecuali, yang kaya, yang miskin, agama manapun dan suku bangsa apapun, tidak pandang pangkat dan derajat, semua merasakan dampaknya. Kita disadarkan bahwa ternyata kita hanyalah hamba Tuhan yang tidak berdaya dihadapanNya Yang Maha Kuasa. Tuhan “hanya” cukup mengutus salah satu ciptaanNya yang bernama “Virus Corona”, partikel sebesar ukuran 0.1 mikron, seukuran rambut manusia dibelah 700, yang tidak kasat mata, hanya dalam sekejap bisa meluluh lantakkan ego manusia.

Kita belajar dan kembali sadar bahwa virus hanya bisa dilawan dengan “anti body” yang sudah Tuhan ciptakan di dalam tubuh kita sendiri. Tubuh sebagai karunia Tuhan yang luar biasa dan sering kali kita lupa mensyukuri dan merawatnya. Saat ini manusia disadarkan tentang pentingnya menjaga daya tahan tubuh dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat bervitamin dan bermineral serta berolah raga secara teratur. Kita baru tersadar kembali tentang pentingnya karunia Tuhan lain yang bernama Sinar Matahari, yang selama ini kita dapatkan secara berlimpah dan cuma-cuma, “take it for granted”, sekali lagi kita lupa bersyukur.

Manusia sekarang sedang berlomba-lomba menemukan vaksin untuk bisa membangunkan “anti body” dalam tubuh yang bisa secara spesial berperang melawan Virus Corona ini. Tentunya kita semua berharap vaksin ini segera ditemukan dan “musibah” Corona Virus ini segera berakhir. Tapi apakah cukup sampai disitu pelajarannya?

Jika kita renungkan lebih dalam lagi, ada sisi manusia lainnya yang seharusnya merasakan “teguran” Tuhan. Saat “musibah” ini terjadi, manusia dilanda rasa khawatir, was-was tentang ekonomi, tentang kematian dan segudang pikiran negatif lainnya. Pikiran dan perasaan negatif ini menjadi wabah yang tidak kalah hebatnya dengan virus corona itu sendiri. Pikiran negatif dan sikap saling menyalahkan, perasaan jiwa yang cemas dan keputus asaan akibat terpuruknya ekonomi, menjadikan manusia semakin lemah secara mental, sehingga ujung-ujungnya malah semakin memperlemah daya tahan tubuhnya, sehingga dampak virus corona semakin dasyat.

Sayangnya banyak dari manusia lupa untuk mencari obat untuk meningkatkan “mind & soul defence”, daya tahan pikiran dan jiwa. Sama dengan “anti body”, “mind & soul defence”, semua sudah tersedia didalam diri kita. Kita hanya perlu vaksin untuk membangunkannya. Mungkin Tuhan sengaja memberi waktu kita lebih lama untuk menemukan vaksin virus corona agar manusia juga sadar dan mau mencari vaksin pembangkit “mind & soul defence”.

Pikiran positif adalah “mind defence” kita. Kasih sayang, empathy, saling berbagi dan rasa bersyukur adalah “soul defence” kita. Inilah saat yang tepat buat kita untuk membangkitkannya kembali. Vaksinnya adalah dengan melakukan refleksi diri agar “mind & soul defence” kita bangkit berperang melawan “virus” kesombongan serta ketidak pedulian pada sesama manusia dan alam. Mulai peduli dan berbagi kasih dengan sesama, berdoa serta mengucap syukur kepada Sang Maha Pencipta Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Virus Corona adalah “musibah” sekaligus “karunia” Tuhan pada diri kita sebagai manusia. Virus ini tidak menyerang binatang dan tumbuh-tumbuhan, tapi spesifik menyerang manusia. Itu pertanda bahwa Tuhan memang masih menyayangi manusia. Tuhan mengajak dan memberi kesempatan pada kita untuk kembali kepada jati diri kita.

Harapannya jika “musibah” Virus Corona ini berlalu, kita menjadi manusia yang bukan hanya peduli akan kesehatan dirinya, tapi juga menjadi manusia yang bijak dan pandai bersyukur. Kita perlu yakin dan percaya, Tuhan memberikan cobaan pasti dalam batas kemampuan kita masing-masing. Semoga setelah badai ini berlalu, kita menjadi manusia yang telah kembali pada fitrahnya, pada kesucian jati dirinya, yang memiliki segala sifat keilahian ....